Sabtu, 25 November 2023
Konon menjelang ajal menjemput, orang yang sedang dalam sakratul maut menyaksikan kilas balik hidupnya dalam beberapa detik. Bak sebuah film yang diputar dengan cepat. Mengutip laman Hallo Sehat Dot Com, tim peneliti dari Hadassah Hebrew University Medical Center mewawancarai 271 orang yang luput dari jemputan maut, juga mereka yang sudah dinyatakan meninggal oleh dokter, tapi oleh sebab yang tidak diketahui hidup kembali dan sehat.
Hasil temuan mengungkapkan bahwa banyak “penyintas kematian” mengalami kilas balik memori menjelang kematian. Kenangan itu tidak terjadi secara kronologis, i dari masa kecil hingga detik nafas akan berakhir, tetapi berupa momen-momen kehidupan yang tercampur secara acak dan bersamaan. Meskipun begitu, mereka mengenali kenangan itu. Hasil studi juga mengungkapkan kilas balik kenangan menjelang akhir hidup itu sangat nyata dan sangat emosional bagi yang mengalaminya. Nah, bacaan dari Kitab Makabe 6 hari ini menceritakan Raja Antiokhus yang menjelang ajal menjemput, terhimpit oleh perasaan bersalah dan pedih yang mendalam. Raja memanggil semua sahabatnya, lalu mengatakan kepada mereka, “Tidur sudah lenyap dari mataku dan hatiku hancur karena kemasygulan.” Dalam kondisi sekarat itu, benak Raja Antiokhus dipenuhi oleh kenangan akan segala kejahatan yang telah dilakukannya terhadap Yerusalem. Raja mengambil perkakas perak dan emas yang ada di kota itu, dan dengan sewenang-wenang menyuruh menumpas penduduk Yerusalem. “Sekarang aku menjadi insyaf bahwa oleh karena semuanya itulah, aku ditimpa malapetaka ini.” (Mak 1:13)
Dari kisah Raja Antiokus, kita mendapat pelajaran berharga: jangan mengisi hidup kita dengan kejahatan, yang akan menohok relung hati kita dengan penyesalan mendalam di akhir hidup kita. Ya, kalau kita sempat bertobat, dan menerima anugerah pengampunan dari Allah yang Maharahim. Kalau tidak? Sudah pasti kegelapan yang paling gelap, yang ada hanya ratap dan kertak gigilah tempat kita. Mengerikan. Lalu bagaimana agar kita selalu ingat untuk menjadikan hidup kita sebagai berkat agar kita beroleh selamat? Dalam tradisi Katolik, ada istilah memento mori - dari bahasa Latin yang berarti ingatlah akan kematianmu. Melalui tradisi ini kita diingatkan maut itu nyata dan tak terelakkan. Kita tidak akan pernah bisa lari dari kematian, apapun usaha kita untuk mempertahankan hidup.
Philippe de Champaigne, seorang pelukis Perancis, melalui lukisannya. Vanitas - menggambarkan tiga unsur penting dalam kehidupan: bunga tulip, tengkorak dan jam pasir. Bunga tulip melambangkan kehidupan. Tengkorak lambang kematian. Jam pasir adalah waktu. Keseluruhan benda itu hendak menunjukkan kekuasaan, kekayaan, keindahan hanya sekejap saja. Hingga saat ini, lukisan itu menjadi “lambang” dari filosofi memento mori.
Dengan mengingat kematian, kita akan lebih menghargai hidup yang telah Allah anugerahkan. Maka, jalanilah hidup seturut kehendak Allah. Hidup yang lebih bermartabat. Hidup yang luhur. Hidup yang sungguh dibaktikan untuk Tuhan. Karena itu, kita perlu menimba kekuatan dari Allah dengan secara rutin menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengampunan Dosa. Buka hati dan diri kita juga untuk menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Sebagai orang Katolik, kita mengimani setelah kematian badani, kita akan mengalami kebangkitan dan hidup seturut kehendak Allah dalam kebahagiaan para kudus, seperti yang ditulis Lukas dalam Bab 20 ayat 36: “Sebab mereka tidak dapat mati lagi. Mereka sama dengan malaikat-malaikat dan menjadi anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.”
Marilah berdoa:
Allah Bapa yang Maha Kuasa, Sabda-Mu hari ini mengingatkan kami untuk menghargai hidup yang telah Kau anugerahkan untuk kami. Karena kedegilan hati kami, kerap kali kami menyia-nyiakan anugerah-Mu yang sangat berharga itu. Utuslah Roh Kudus untuk membimbing kami agar kami menjalani hidup seturut kehendak-Mu. Bantulah kami agar mampu membuat hidup kami menjadi berkat bagi sesama dan seluruh alam ciptaan-Mu. Bila saatnya tiba, kami pun layak dan pantas bangkit bersama Yesus dan menikmati kebahagiaan kekal dalam perjamuan surgawi, sebab Engkaulah Sang Juru Selamat kami. Amin