Sabtu, 7 Oktober 2023
Kis. 1:12-14;MT Luk. 1:46-47.48-49.50-51.52-53.54-55; Luk. 1:26-38.
"Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu." (Luk. 1.38)
Dalam sebuah siaran ludruk di RRI Madiun, ada candaan seorang pembantu rumah tangga. Menyindir gadis majikannya. Siswi SMA hamil. “Jare bolah kok klobot, jare sekolah kok mbobot. Jare polah kok anteng, jare sekolah kok meteng”. Hamil pranikah itu aib. Diri, keluarga, masyarakat tiada berbangga. Memalukan. Hancurkan pretise, nama baik. Ini peristiwa dukacita, buah naluri kebinatangan. Bukan pretasi!
Menarik mencermati dialog Maria dengan malaikat Gabriel pada bacaan liturgi hari ini. Seturut kehendak-Nya, mengandungnya Bunda Maria adalah sebuah peristiwa keselamatan. Salam yang diterima Bunda Maria adalah salam sekaligus karunia dan juga penyertaan Tuhan.
Maria terkejut mendengar perkataan itu. Ia kemudian bertanya di dalam hati arti dari salam itu (Luk. 1:29) dan bagaimana mungkin itu terjadi (Luk. 1:34). Namun yang pasti, bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).
Terhadap peristiwa mengandung, melahirkan dan menamai anak (Luk 1:30), Maria diminta untuk jangan takut, sebab sesungguhnya ia beroleh kasih karunia di hadapan Allah (Luk 1:31). Bahkan seolah kita diingatkan antisipasi peristiwa Pentakosta. Roh Kudus turun, kuasa Allah Yang Mahatinggi menaungi Bunda Maria, sehingga yang dilahirkan olehnya disebut Kudus, Anak Allah (Luk 1:35). Peristiwa ini adalah karya Roh Kudus, Allah Yang Mahatinggi. Kudus dan suci.
Maria mengamini kehendak Tuhan dengan mengatakan, ”Sesungguhnya aku hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu" (Luk 1:38). Ia memuji Tuhan dengan maginifcat-nya, ”Jiwaku muliakan Tuhan, hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, ... Yang Mahakuasa telah lakukan perbuatan besar padaku dan nama-Nya kudus” (Luk. 1:46-49 dst). Usai Yesus terangkat ke sorga pun, Bunda Maria (Kis 1:6-11) menemani para rasul bertekun sehati dalam doa bersama. (Kis 1:14)
Hari ini Gereja merayakan Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Julukan yang ditetapkan karena mukjizat 7 Oktober 1571, dalam pertempuran armada di Lepanto. Dengan doa rosario, Paus mengaajak kita berlindung pada Bunda Gereja dan menyerahkan perkara hidup kita pada kuasa-Nya.
Doa:
Ya Allah, dalam keadaan apapun, seperti Maria, ajarilah kami untuk berkata “Amin!” pada kehdendak-Mu. Amin.