Rabu, 4 Oktober 2023
Neh 2:1-8; Mzm 137:1-2,3,4-5; Luk 9: 57-62
Dalam hidup sehari-hari, seringkali kita mempunyai dua pilihan yang saling bertentangan, yaitu ikut kepentingan duniawi atau ikut kepentingan Tuhan. Ini menjadi pilihan sulit.
Nehemia, dalam bacaan pertama, bersedih karena keadaan kampung halamannya di Yehuda. Itu mempengaruhi sikap hidup sehari-harinya. Meski demikian, didorong oleh doanya pada Tuhan, dia berani mengajukan suatu permohonan kepada raja. Di luar dugaan, raja mengabulkan permohonannya untuk pulang kampung dan membereskan keadaan di sana.
Nehemia pulang kampung ke Yehuda bukan hanya untuk kepentingan pribadinya, melainkan juga untuk membangun kembali bait Allah. Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa jika kita mengutamakan kepentingan Tuhan, maka hal-hal lain akan dipermudah di luar perkiraan kita. Karena berurusan dengan kepentingan Tuhan, maka urusan pribadi Nehemia dimudahkan oleh raja.
Tetapi, ternyata tidak semudah itu untuk mengikuti kepentingan Tuhan. Di bacaan kedua, Yesus mengajukan suatu persyaratan untuk mengikuti Dia (kepentingan Tuhan), yaitu kita perlu melupakan dan mengabaikan segala sesuatu demi Kerajaan Allah. Kita perlu melangkah maju untuk Tuhan, tanpa menoleh ke belakang.
Kepentingan pribadi dan duniawi kita seringkali menghalangi langkah kita menuju pada Tuhan. Dalam banyak hal, kita masih terikat urusan duniawi. Inilah yang menghambat kita, karena merupakan suatu pilihan yang tidak mudah jika saling bertentangan. Kita perlu belajar pada Nehemia, yang mau mengikuti jalan Tuhan untuk pulang kampung dan memperbaiki bait Allah, sehingga akhirnya Allah malah memudahkan Nehemia mengurus kepentingan pribadinya.
Apakah kita mau dan berani menyingkirkan kepentingan pribadi kita, kemudian berjalan mengikuti Tuhan? Tuhan pasti akan menambahkan banyak hal dalam kehidupan pribadi kita.
Doa:
Tuhan, bantulah aku untuk mengabaikan kepentingan pribadiku, demi melaksanakan kehendak-Mu, karena jalan-Mu merupakan suatu keutamaan dalam hidupku. Amin.