Manusia membutuhkan air. Misalnya, untuk mandi. Mandi memberikan dua efek penting bagi tubuh manusia, yakni membersihkan dan menyegarkan. Tubuh juga dibersihkan dengan membuang air. Air seni yang tertahan dalam tubuh terlalu lama akan meracuninya. Maka, harus dibuang. Racun tubuh bisa dibuang pula dengan menumpahkan air mata.
Sebagian orang, khususnya kaum pria memandang air mata sebagai tanda kelemahan. Masuk akal, ada anjuran supaya laki-laki tidak menangis sehingga tetap tampak perkasa. Anjuran itu melupakan bahwa banyak sukses dilahirkan berkat air mata, terutama air mata kaum ibu.
Keprihatinan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sering tercurah dalam air mata. Janda dari Nain menumpahkan air mata kesedihan, karena anak tunggalnya mati. Demikian pula Santa Monika tak henti-hentinya berdoa sambil meneteskan air mata bagi pertobatan dan keselamatan jiwa Agustinus, anaknya. Berkat doa dan air mata, kedua wanita itu memperoleh kembali anak yang amat dicintainya.
Air mata itu sangat rapuh dan seakan-akan tak berharga. Sangat cepat menguap dan lenyap. Doa-doa juga seperti air mata; terucap lalu lenyap. Bahkan yang mendoakan pun melupakannya. Namun, Tuhan tidak mengabaikan doa dan air mata yang dilengkapi dengan iman.
Baik air mata maupun doa bagaikan pembersih bagi tubuh dan jiwa. Doa memurnikan badan dan jiwa dari segala kekhawatiran yang meracuni kehidupan. Selama masih ada orang yang tanpa merasa kehilangan gengsi mau meneteskan air mata, kehidupan sedang terus dimurnikan dan dibebaskan dari keracunan.
Air mata membersihkan kehidupan dari balas dendam. Bukankah wanita cepat-cepat menumpahkan air mata tatkala terluka dan tidak segera meresponnya dengan balas dendam? Ternyata, air mata yang diremehkan sebagian kaum pria telah terbukti mampu membersihkan dan menyelamatkan. Air mata wanita kadang jauh lebih mujarab dibanding otot pria nan perkasa.
"There is a sacredness in tears. They are not the mark of weakness, but of power. They speak more eloquently than ten thousand tongues. They are the messengers of overwhelming grief, of deep contrition, and of unspeakable love."
(Washington Irving).